When God Slays Your FOMO: Isaiah 6 dan Survival Guide Pemuda Gereja di Tengah Chaos Nasional

BACAAN: YESAYA 6

Scene 1: #Isaiah6Vibes dan "Kengerian" di Tengah Timeline Toxic

Bayangin lo lagi scroll timeline, terus nemu berita: harga BBM naik, politikus lagi ribut kayak sinetron, ekonomi lesu kayak HP lowbat. Rasanya? Woe is me , kayak Isaiah pas ngeliat kemuliaan Tuhan di bait suci (Yesaya 6:5). Gue pun ngerasa kecil, ga layak, apalagi pas liat dosa-dosa pribadi kayak ngegossipin mantan atau nge-judge orang di sosmed. Tapi justru di situ, Tuhan ngingetin: "Yang penting bukan seberapa flawless lo, tapi seberapa siap lo di-"bersihin" sama Tuhan." Seraphim pake bara api buat ngebersihin bibir Yesaya; mungkin buat kita, bara itu adalah reminder buat jujur sama diri sendiri dan berani ngaku: "Ya, gue ga perfect, tapi gue mau belajar."

Scene 2: "Apakah Kita Mau Jadi Pemain atau Cuma Penonton?"

Yesaya 6:8—Tuhan nanya, "Siapa yang akan Kuutus? Siapa yang mau pergi untuk Aku?" Terus Yesaya langsung jawab, "Ini aku, utuslah aku!" Sekarang, pertanyaannya: Lo mau jadi bagian dari solusi atau cuma nge-ghosting di tengah masalah?

Pemuda gereja sekarang tuh kaya "The Avengers" versi Indonesia: punya kekuatan buat bikin perubahan, tapi kadang masih pada nunggu Captain America atau Black Panther. Padahal, kita bisa:

  • Jadi "content creator" kebaikan : Bikin gerakan sosial, kampanye anti-hoax, atau edukasi finansial via TikTok/Instagram.
  • Jadi "support group" yang real : Komunitas yang ga cuma ngomongin gereja, tapi juga ngobrolin mental health, karir, atau hubungan yang toxic.
  • Jadi "voter cerdas" : Ga asal nyoblos, tapi riset dulu, dukung kebijakan yang pro-rakyat kecil.

Scene 3: "Ga Usah Takut Jadi 'Sampah' di Tengah Sampah"

Yesaya 6:9-13 ceritanya ngeri: Tuhan bilang orang Israel bakal "makin buta dan tuli". Tapi justru di situ, Yesaya dipilih buat jadi suara di tengah kebisingan. Kita juga gitu, ga perlu takut bicara kebenaran meski sekeliling pada apatis.

Contoh gampang:

  • Di grup WA keluarga, berani ngingetin kalo omongan soal SARA udah kelewatan.
  • Di kampus/kantor, jadi yang pertama ngajak diskusi soal isu lingkungan atau kesetaraan.
  • Di gereja, inisiatif bikin program yang nyambung sama anak muda, kayak podcast rohani atau workshop financial literacy.

Scene 4: "Endingnya? Trust the Process, Guys!"

Yesaya 6:13—Tuhan janji bakal ada "sisa" yang tetap subur. Artinya, meski Indonesia lagi kayak Squid Game, kita tetap bisa jadi "pemenang" yang bawa damai .

So, gimana caranya?

  1. Do the small things : Mulai dari hal kecil, kayak jadi volunteer di panti, atau sekadar dengerin temen yang lagi galau.
  2. Stay rooted in God : Ibadah ga cuma Minggu pagi, tapi juga pas lagi ngerjain tugas atau nunggu gojek.
  3. Collab dengan pemuda lain : Jangan jalan sendiri. Kaya boyband K-pop, makin solid, makin keren impact-nya.

Closing Thought: "Kita Ga Sendirian, Guys!"

Yesaya aja ngerasa insecure, tapi Tuhan pilih dia. Kita juga pasti bisa, asal ga lupa: Tuhan ga nyari yang sempurna, tapi yang setia . Jadi, next time liat berita buruk di timeline, jangan cuma bilang "Yaelah, Indonesia mah gitu-gitu aja"—tapi bergerak, meski sedikit. Karena setiap aksi kecil, kalau dikumpulin, bisa jadi trending topic kebaikan!

Stay salty, stay lit, and keep the faith! 🔥🙏

#PemudaYesaya #GerejaMilenial #ChaosButFaithful



Masuk untuk meninggalkan komentar