Keluarga Anti-Drama: Resep Damai di Era Digital

Bacaan: Roma 12: 16-18

"Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memegahkan diri, tetapi turutilah orang yang rendah hati. Janganlah menganggap dirimu pandai. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"


Ayat-ayat di atas adalah peta jalan yang luar biasa untuk membangun fondasi keluarga yang kokoh di atas kasih Kristus. Mari kita telaah satu per satu.

1. "Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama"

Dalam sebuah pernikahan, kesatuan hati adalah segalanya. Bayangkan dua orang yang berbeda latar belakang, kepribadian, dan bahkan kebiasaan, bersatu dalam satu rumah tangga. Tanpa kesatuan hati, konflik akan mudah muncul. Paulus mendorong kita untuk memiliki pikiran dan tujuan yang sama. Ini bukan berarti Anda harus selalu setuju dalam segala hal, tetapi lebih kepada memiliki satu tujuan yang sama: memuliakan Tuhan dalam pernikahan Anda.

"Pernikahan adalah tiga utas benang: Tuhan, suami, dan istri. Ketika Tuhan menjadi pusat, benang-benang itu terjalin kuat dan tidak mudah putus." – James Dobson

Bagaimana kita mencapai kesatuan hati ini? Itu dimulai dari kerendahan hati. Ayat selanjutnya mengatakan, "janganlah kamu memegahkan diri, tetapi turutilah orang yang rendah hati. Janganlah menganggap dirimu pandai." Seringkali, ego adalah penghalang terbesar kesatuan. Jika kita selalu ingin menjadi yang paling benar, paling pintar, atau paling berkuasa, maka akan sulit untuk bersatu.

"Kerendahan hati adalah kunci kebahagiaan. Orang yang rendah hati bersedia belajar, bersedia mengalah, dan bersedia mengasihi tanpa syarat." – Billy Graham

Ingatlah juga firman Tuhan dalam Filipi 2:3-4: "Dengan tidak mencari kepentingan diri sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." Ini adalah cetak biru untuk kesatuan dalam keluarga.

2. "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!"

Dalam dinamika keluarga, terutama ketika kelelahan dan tekanan datang, kita bisa saja melukai perasaan pasangan atau anak-anak kita, entah itu disengaja atau tidak. Respons alami kita mungkin adalah membalas, melampiaskan kekesalan, atau bahkan menarik diri. Namun, Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, kita dipanggil untuk "melakukan apa yang baik bagi semua orang."

Ini adalah panggilan untuk menunjukkan kasih Kristus dalam setiap interaksi, bahkan ketika sulit. Pernahkah Anda mendengar pepatah, "Kasih itu sabar, kasih itu murah hati"? Itulah yang 1 Korintus 13:4-7 ajarkan kepada kita. Kasih tidak membalas dendam, tetapi senantiasa mencari yang terbaik bagi orang lain.

"Kasih adalah bahasa universal yang dapat dipahami semua orang. Kasih tidak pernah gagal." – Billy Graham

Melakukan apa yang baik berarti memilih untuk bersikap lembut ketika kita ingin marah, memilih untuk mengampuni ketika kita ingin menyimpan dendam, dan memilih untuk melayani ketika kita ingin dilayani. Ini adalah tindakan kasih yang transformatif.

3. "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"

Tujuan akhir dari semua ini adalah perdamaian. Tuhan adalah Raja Damai, dan Dia ingin keluarga-keluarga kita menjadi sarang kedamaian. Ini bukan berarti kita tidak akan pernah mengalami perselisihan, tetapi ketika itu terjadi, kita memiliki komitmen untuk menyelesaikannya dengan damai.

"Konflik adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menanganinya. Apakah kita mencari solusi atau mencari kemenangan?" – James Dobson

Mencari perdamaian berarti bersedia berkompromi, bersedia mendengarkan, dan bersedia mengakui kesalahan. Ini berarti juga saling mendukung dan menopang. Galatia 6:2 mengingatkan kita, "Bertolong-tolanlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." Dalam pernikahan, beban hidup bisa sangat berat. Namun, ketika kita saling menopang, beban itu menjadi lebih ringan.

Selain itu, Efesus 4:32 mengajarkan kita, "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." Pengampunan adalah jembatan menuju perdamaian.

Kesimpulan

Keluarga muda yang saya kasihi, Roma 12:16-18 adalah panggilan untuk hidup yang berpusat pada Kristus dalam pernikahan dan keluarga. Ini adalah panggilan untuk kesatuan hati yang didasari kerendahan hati, untuk melakukan kebaikan bahkan di tengah kesulitan, dan untuk hidup dalam perdamaian dengan semua orang.

Ini tidak mudah, tetapi dengan anugerah Tuhan, kita bisa melakukannya. Ingatlah selalu bahwa Tuhan telah memanggil Anda untuk membangun keluarga yang memuliakan Dia. Berpegang teguh pada Firman-Nya, dan biarkan kasih-Nya mengalir melalui Anda kepada pasangan dan anak-anak Anda.

Mari kita berdoa:

Ya Bapa Surgawi, terima kasih atas Firman-Mu yang hidup dan berkuasa. Kami berdoa agar Engkau menolong kami, keluarga-keluarga muda, untuk hidup sesuai dengan Roma 12:16-18. Berikan kami kerendahan hati untuk sehati sepikir, kekuatan untuk melakukan kebaikan, dan hikmat untuk hidup dalam perdamaian. Biarlah keluarga kami menjadi kesaksian akan kasih dan kebaikan-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Tuhan memberkati Anda dan keluarga Anda.


Masuk untuk meninggalkan komentar