MELAYANI TANPA MEMBEBANI

Bacaan: 2 Tesalonika 3:6-14
Nats Alkitab: 2 Tesalonika 3:7-8, 12 (BIMK) "Kalian sendiri tahu bahwa kalian harus meniru contoh kami. Kami tidak bermalas-malas ketika kami berada di tengah-tengah kalian. Kami tidak makan makanan orang dengan tidak membayarnya. Sebaliknya siang malam kami bekerja membanting tulang supaya kami tidak menyusahkan siapa pun juga dari antaramu. 
Atas kuasa Tuhan Yesus Kristus kami perintahkan orang-orang itu dan memberi peringatan, supaya mereka bekerja dengan tentram dan mencari nafkah mereka sendiri".


Saudara rekan sekerja di ladang Tuhan,

Ada sebuah stigma yang sering merusak citra Injil: anggapan bahwa menjadi "Hamba Tuhan" atau pelayan gereja berarti punya hak istimewa untuk hidup santai dan bergantung penuh pada belas kasihan jemaat. Rasul Paulus, melalui suratnya kepada jemaat di Tesalonika, menghancurkan mentalitas "benalu" ini dengan sangat keras.

Dalam teologi Reformed, kita memandang pekerjaan bukan sebagai kutukan, melainkan sebagai Mandat Budaya dan sarana memuliakan Allah (Soli Deo Gloria). Paulus memberikan kita standar emas tentang kemandirian ekonomi dalam pelayanan:

1. Integritas Melalui Kemandirian 

Paulus adalah seorang Rasul besar, namun ia bekerja sebagai pembuat tenda. Ia berkata, "kami tidak makan roti orang dengan percuma" (ay. 8). Mengapa? Supaya Injil yang ia beritakan tidak tercemar oleh tuduhan bahwa ia mencari untung. Inilah prinsip pelayanan yang murni: Kita melayani untuk memberi, bukan untuk mengeruk keuntungan dari orang yang kita layani. Kemandirian ekonomi seorang pelayan Tuhan adalah "pagar" yang menjaga wibawa Injil agar tidak diremehkan dunia. Jika Tuhan memberi kita kekuatan fisik dan talenta (bisnis, profesional, keahlian), gunakanlah itu untuk menopang pelayanan kita, agar kita tidak menjadi batu sandungan.

2. Menjadi Teladan, Bukan Beban 

Paulus bekerja keras siang malam supaya "jangan menjadi beban bagi siapapun" (ay. 8). Ada garis tegas antara "hidup oleh iman" dan "hidup karena malas." Hidup oleh iman berarti percaya Tuhan memelihara saat kita bekerja keras menabur benih. Kemalasan yang berkedok "pelayanan penuh waktu" adalah hal yang tidak tertib di mata Tuhan. Pelayan Tuhan yang sejati harus menjadi model etos kerja bagi jemaatnya. Bagaimana kita bisa mengajar jemaat untuk rajin bekerja dan memberkati orang lain, jika kita sendiri hidup bergantung pada orang lain?

Refleksi: 

Mari kita periksa motivasi kita. Apakah kita melayani Tuhan dengan mentalitas "pengemis" yang mengharapkan upah manusia, atau dengan mentalitas "pemberi" yang siap berkorban? Pelayanan yang berkenan kepada Kristus adalah pelayanan yang memuliakan Dia lewat keringat kerja keras kita yang jujur.

Mari Berdoa:

"Bapa di Sorga, Terima kasih untuk teladan Rasul Paulus yang mengajarkan kami arti kerja keras dan kemandirian. Ampuni kami jika selama ini kami memandang pelayanan sebagai alasan untuk bermalas-malasan atau mencari keuntungan diri sendiri.

Tanamkanlah dalam hati kami etos kerja yang kudus. Mampukan kami untuk bekerja dengan tangan kami sendiri, supaya kami dapat hidup mandiri dan bahkan menjadi berkat bagi orang lain, bukan menjadi beban.

Jagalah integritas kami, supaya melalui hidup dan pekerjaan kami, nama Tuhan Yesus dimuliakan dan Injil tidak dicela.

Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuan yang kami layani. Amin."



Renungan 2 Tesalonika 3, Melayani tanpa membebani, Etos Kerja Kristen.  Paulus pembuat tenda, Integritas pelayan Tuhan, Kemandirian ekonomi dalam Alkitab, Ayat Alkitab tentang kerja keras.  Bolehkah Pendeta bekerja sekuler, Makna bekerja adalah ibadah.  

Masuk untuk meninggalkan komentar