Nas: “melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (ay.19).
Petrus melalui suratnya memberi nasihat kepada jemaat yang tersebar di lima propinsi Romawi, yang sedang mengalami penganiayaan agar tetap hidup di dalam Tuhan. Mereka dipanggil hidup dalam kekudusan selama (hidup) menumpang di dunia, sampai Kristus datang. Kristus akan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya (ay.13-17).
Dipanggil hidup dalam kekudusan, sebab mereka telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia. Penebusan bukan dengan perak atau emas, tapi dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus. Kristus datang ke dunia mempersembahkan hidup-Nya menjadi korban penebusan dosa. Melalui Dia yang telah mati dan bangkit, kita diselamatkan dan memperoleh jaminan hidup kekal (ay.18-21).
Dalam zaman Perjanjian Lama, penebusan dosa dilakukan dengan jalan mempersembahkan binatang sebagai korban. Orang yang memohon penebusan dosa, meletakkan tangannya diatas binatang sebagai tanda penyamaan diri: “Akulah yang harus dihukum, sekarang sebagai ganti aku, binatang ini”. Mungkinkah darah binatang menebus dosa? Korban binatang hanya sebuah simbol yang menunjuk kepada korban sejati, yakni Yesus Kristus. (Im 4:1-4; Ibr 9:24-28).
Sebagai orang percaya kita dipanggil hidup dalam kekudusan. Dunia nyata dan dunia maya, telah dinodai oleh berbagai kejahatan. Sadar atau tidak sadar kita hidup dalam “pengaruh (tekanan) kejahatan” itu. Tuhan menempatkan kita di dunia untuk terus berjuang, hidup dalam kekudusan. Karena Kristus telah menebus kita dengan darah-Nya yang mahal. Itulah kekuatan kita ditengah tekanan berbagai kejahatan. Hiduplah dalam penghayatan akan karya penebusan-Nya.
Doa: Terima kasih Tuhan untuk karya penebusan-Mu, melalui-Nya kami diselamatkan. AMIN.
SELAMAT BERJUANG DI MINGGU YANG BARU (siz).
Pdt. Sealthiel Izaak STh.,MSi.
Renungan Online, Sinode Am GPI, Gereja Bersaudara, Elya G. Muskitta, Elya Muskitta
DITEBUS DENGAN DARAH KRISTUS