FIRMAN BACAAN: MATIUS 25:31-46
Saudara-saudari seiman. Saya yakin banyak di antara kita yang sudah memiliki buku agenda untuk tahun 2026. Kita akan mulai mengisi agenda itu dengan berbagai rencana dan aktivitas. Saya sendiri juga sudah punya buku agenda. Di dalamnya sudah tercantum apa yang akan saya lakukan besok pagi.
Buku agenda yang baru untuk tahun yang baru. Memang sudah semestinya begitu. Lalu bagaimana dengan buku agenda anda yang lama untuk tahun 2025 yang akan segera berlalu ini? Buku itu pasti akan segera ditutup dengan kalimat goodbye 2025. Tentu saja ditambah dengan goresan khusus tentang peristiwa yang paling membekas yang anda alami di tahun 2025.
Saya ingat, buku agenda adik saya di tahun 2005. Di penghujung tahun itu dia menulis begini: "Dengan tetes air mata, kami melepas pergi tahun 2005 bersama pulangnya orang yang paling kami cintai, yaitu Mama."
Buku harian kita untuk tahun 2025 akan kita tutup dengan goresan kenangan masing-masing. Mungkin ada yang sesudah ibadah ini masih akan membolak-balik beberapa halaman sekedar untuk dikenang. Lalu buku itu akan disimpan di antara jajaran buku-buku lain sekurang-kurangnya untuk dilupakan.
Benarkah buku agenda yang lama itu akan dilupakan? Kemarin, saya melihat kembali buku agenda pribadi tahun 2025. Saya hitung berapa hari dalam tahun ini saya bepergian, berapa banyak pendeta yang datang pada saya membicarakan masalah pribadi dan pelayanan, berapa jumlah pemasukan yang saya peroleh dan berapa besar pengeluaran, termasuk diperuntukkan bagi keperluan apa serta kepada siapa.

Besok buku itu sudah akan saya simpan. Jelasnya buku itu tidak akan saya perhatikan lagi. Mungkin anak-anak saya yang akan memperhatikan isi buku itu kalau mereka sudah dewasa dan saya sudah almarhum, sama seperti saya suka membaca buku harian almarhumah ibu saya yang dia tulis sejak tahun 1971.
Jelasnya, saudara-saudariku sepengharapan, buku harian milik kita di tahun 2025 akan kita lupakan, tetapi isinya masih akan terus bercerita tentang apa yang kita kerjakan dan dengan siapa kita bersahabat, serta bersama siapa dan tentang soal apa kita bergumul dengan hebat sambil mencucurkan air mata. Isi dari buku hidup kita di tahun 2025 akan terus hidup, meskipun buku itu sudah akan kita tutup dan lupakan.
Ini juga yang menjadi salah satu pesan yang mengemuka dengan sangat kuat dalam bacaan tadi. Orang-orang yang dikisahkan Yesus dalam bacaan tadi masing-masing memiliki buku harian. Mereka isi buku itu dengan tindakan dan aktivitas yang mereka anggap baik dan berguna. Waktu berganti. Hari, minggu, bulan, dan tahun berlalu sebagaimana mestinya. Mereka sendiri tidak ingat lagi apa-apa saja yang mereka kerjakan dan lakukan selama masa hidupnya. Buku harian mereka bahkan sudah lapuk dimakan usia dan terabaikan.
Tetapi cerita hidup yang mereka gores di atas lembaran demi lembaran buku itu masih tetap terbaca. Yesus berkata, seperti yang direkam oleh penulis kitab Matius: "Waktu Anak Manusia datang dalam kemuliaan ... Semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing."
Mereka yang dikelompokan dalam kawanan domba diperuntukan untuk menerima berkat dan diam dalam kerajaan yang sudah disiapkan sejak dunia dijadikan. Sementara mereka yang tergolong kawanan kambing, dipisahkan untuk dibuang ke tempat siksaan yang kekal.
Tragis! Sangat menyeramkan nasib dari mereka yang digeser paksa oleh tangan Anak Manusia itu ke sebelah kiriNya. Mereka seperti pembacaan tadi termanggu-manggu. Mereka tidak percaya mengapa nasib buruk itu menimpa mereka. Begitu juga halnya kaum yang ditunjuk untuk berkumpul di sebelah kanan Anak Manusia. Tentu saja mereka bersyukur atas penghormatan yang bakal mereka terima. Tetapi mereka juga masygul dengan keputusan menempatkan mereka di kelompok orang-orang yang terberkati.
Secara serentak, ibarat menuruti komando, kedua kelompok ini, yang di kiri dan di kanan Anak Manusia mengajukan pertanyaan, masing-masing sesuai kenyataan yang mereka hadapi. Kaum yang masuk kelas kambing bertanya: "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau begini dan begitu, di-ini-kan dan di-itu-kan oleh seseorang, dan kami bersikap pasif, tidak bersedia menolong Engkau, bahkan menelantarkan Engkau begitu saja?"

Semua manusia yang tergolong kawanan domba juga bertanya heran: "Tuhan, kami tidak ingat apa-apa, bahwa kami pernah menolong dan memperhatikan Engkau manakala Engkau di-ini-kan dan di-itu-kan oleh orang-orang tertentu. Sungguh mati Tuhan, kami tidak pernah melakukan yang ini dan yang itu bagi-Mu selama masa hidup kami."
Saudara-saudara, kalau memang segenap manusia yang tergolong dalam dua kelompok tadi, kambing dan domba tidak tahu apa-apa tentang hal-hal yang disebut atas mereka, lalu dari mana data-data tentang perbuatan dan keberpihakan mereka itu diketahui oleh Anak Manusia itu, dan atas dasar itu Ia menghakimi mereka?
Saya kira jawaban adalah ini: isi dari buku harian merekalah yang bercerita tentang seluk-beluk dan tetek-benggek dari jalan hidup dan tindak-tanduk yang mereka sudah alami. Pada setiap pergantian tahun orang-orang itu menutup buku harian mereka yang lama, dan melupakan semua yang sudah mereka lakoni dan lakukan. Tetapi isi dari buku harian mereka terus menyimpan cerita tentang pemiliknya. Pada waktu Anak Manusia datang dalam kemuliaan, buku-buku itu kembali dibuka. Isinya menjadi barang bukti bagi Tuhan mengevaluasi kinerja dan menguji moralitas dan keimanan penulis buku itu.
Kita belajar satu hal penting di sini. Buku harian kita menyimpan data dan bukti otentik tentang siapa kita, apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan, serta bagaimana kita bersikap terhadap sesama dan terhadap Allah. Isi buku harian kita merupakan cerminan iman kita kepada Tuhan, dan solidaritas kita terhadap sesama. Kita bisa saja menulis buku harian itu dengan tinta merah karena banyak kepahitan dan kegetiran hidup. Huruf-hurufnya tidak jelas karena tangan dan hati kita gemetar waktu menulis akibat kerasnya tantangan dan dahsyatnya gelombang hidup. Beberapa halaman buku itu ada noda karena airmata. Tetapi ada juga halaman yang robek dan kumuh karena kita memberontak. Ada protes terhadap Tuhan karena kesewenang-wenangan yang kita alami dan ketidak adilan yang kita terima.

Buku harian kita bercerita tentang apa adanya kita dengan segala kekurangan, keterbatasan, kekhilafan, tetapi juga kejujuran dan ketulusan yang kita bela dan perjuangkan dengan keringat dan darah. Buku itu bukan hanya akan dibaca oleh anak-anak kita. Ia juga akan dibaca oleh Allah, ketika kita harus datang menghadap tahta pengadilan-Nya untuk perkara hidup kita ditimbang.
Akh, ternyata buku harian itu merepotkan. Sampai di sini mungkin ada yang mulai berpikir untuk lebih baik tidak menulis apa-apa di buku agenda baru yang sudah mereka beli untuk tahun baru 2026, dari pada konyol apabila isinya dibaca oleh Allah. Atau mungkin juga ada yang berpikir untuk membeli penghapus, dan sepanjang malam ini akan diisi dengan melakukan pemutihan atas semua yang sudah dia lakukan di tahun 2025.
Saya menyarankan saudara-saudara untuk tidak melakukan kedua opsi tadi. Percuma. Sebab bukan hanya kita yang menulis di buku agenda pribadi kita, Allah juga menulis tentang kita di buku agenda yang Dia siapkan untuk tiap-tiap orang. Di dalam hati Allah ada file-file yang disiapkan untuk tiap-tiap anak tebusanNya. Buku kita adalah jiplakan, buku yang ada pada Allah adalah aslinya.

Jadi jika kita tidak menulis tentang sesuatu karena kita malu atau merahasiakan tindakan itu, Allah tetap menulis dan mencatat dalam file yang tersedia. Juga kalau kita mencoba melakukan pemutihan di buku agenda pribadi itu, di buku agenda tentang kita yang ada pada Allah apa yang sudah ada sebagai hitam di atas putih akan tetap terbaca.
Lalu bagaimana jika kita datang kepadaNya malam ini untuk minta ampun dan mohon pemutihan dari Allah? Alkitab bersaksi bahwa Allah maha pengampun. Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju. Sekalipun hidupmu merah laksana kain kesumba, ia akan menjadi putih bagaikan bulu domba. Kalau kita datang kepadanya malam ini memohon pengampunan, Allah akan melakukan pemutihan terhadap buku harian kita.
Ya, pemutihan untuk semua dosa yang sudah kita buat selama tahun 2025 pasti terjadi kalau kita mohon ampun pada Tuhan malam ini. Dosa-dosa kita diampuni, tetapi kita tidak otomatis bebas dari akibat-akibat sosial dari dosa dan pemberontakan yang sudah kita buat. Tuhan Maha Pengampun, tetapi kita tetap harus memikul resiko dari kesalahan dan dosa yang sudah terjadi.
Kalau begitu, apa yang harus dan bisa kita lakukan? Saya menganjurkan hal berikut ini. Seusai ibadah ini, pulang dan periksa dengan saksama catatan dalam buku harian anda untuk tahun 2025. Hitunglah dengan cermat berapa banyak kali anda menelantarkan mereka yang kecil, menindas orang-orang lemah, memeras fakir miskin dengan cara melegalkan korupsi secara telanjang berdalih aturan, acuh tak acuh dengan kaum yang kelaparan, menista sesama saudara, dan hanya mau hidup untuk memperkaya diri sendiri. Lalu ujilah dirimu sendiri dari catatan-catatan itu, di kelompok mana anda ada sepanjang tahun 2025: di kelas kambing atau tergolong domba.

Kalau ternyata nomenklatur-nomenklatur tadi belum cukup terlihat dalam buku agenda 2025 yang akan segera saudara tutup, maka mintalah pengampunan dari Allah. Permohonan itu harus ditunjukan dalam tekad untuk di dalam buku agendamu di tahun 2026 nomenklatur tadi harus dapat prioritas. Hidupmu di tahun yang baru harus dijalani dengan cara yang lain. Anda harus tampil beda berhadapan dengan mereka yang kecil, miskin, dan menderita. Jika sepanjang tahun yang hampir berlalu ini anda tak peduli terhadap si miskin, maka di tahun yang baru nanti, hidup anda harus berorientasi pada si miskin.

Memerangi kemiskinan dan menyelamatkan si miskin adalah sebuah tugas mesianis. Ini juga bagian dari ibadah kepada Tuhan. Sebab Yesus sendiri berkata: "Sesungguhnya, segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku." Karena itu, isilah buku harianmu di tahun 2026 secara lebih baik lagi dibanding yang sudah engkau lakukan di tahun 2025. God be with you. Amin.
Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo
Nota Bene:
Bagi teman-teman yang tergerak untuk membantu pelayanan BPH GEREJA PROTESTAN INDONESIA 2025-2030 bisa memberikan persembahan sukarela seiklasnya berapapun nominalnya ke Q-Ris GPI dalam link berikut:

ISI BUKU HARIAN KITA