Panggilan untuk Generasi Muda dalam Dunia yang Cepat dan Kompleks

BACAAN: YESAYA 2


Kitab Yesaya pasal 2 menggambarkan visi tentang "hari-hari terakhir" di mana gunung Tuhan akan ditinggikan, dan semua bangsa akan berduyun-duyun mencari firman-Nya. Yesaya menubuatkan era damai sejahtera, di mana pedang diubah menjadi mata bajak, dan manusia tidak lagi belajar perang. Visi ini mengajak kita, generasi muda, untuk merindukan dan memperjuangkan perdamaian di tengah dunia yang penuh konflik, baik secara global maupun dalam relasi sehari-hari. Di era media sosial yang kerap memicu perpecahan, kita dipanggil menjadi pembawa pesan rekonsiliasi, bukan permusuhan.  


Namun, nubuat Yesaya juga menyoroti kecenderungan manusia untuk meninggikan diri—entah melalui kekayaan, kekuasaan, atau keangkuhan. Dalam ayat 6-9, Tuhan mengecam umat-Nya yang terpesona oleh hal-hal duniawi: harta, kekuatan militer, dan penyembahan berhala modern (seperti popularitas, materi, atau teknologi). Bagi kita yang hidup di zaman yang serba instan dan kompetitif, peringatan ini relevan: jangan sampai identitas kita ditentukan oleh pencapaian duniawi, melainkan oleh kesetiaan pada nilai-nilai Kerajaan Allah.  


Yesaya kemudian menggambarkan "hari Tuhan" yang dahsyat (ayat 10-17), di mana keangkuhan manusia akan direndahkan. Gunung-gunung tinggi (simbol kesombongan) akan diruntuhkan, dan hanya Tuhan yang akan diagungkan. Ini mengingatkan kita bahwa di tengah kompleksitas tantangan hidup—seperti tekanan karier, ketidakpastian masa depan, atau godaan untuk mengandalkan diri sendiri—kita harus tetap rendah hati dan bergantung pada Tuhan. Keberhasilan sejati bukanlah ketika kita mampu mengontrol segalanya, melainkan ketika kita bersedia dituntun oleh-Nya.  


Bagian terakhir pasal ini (ayat 20-22) menubuatkan bagaimana manusia akan membuang berhala-berhala mereka. Hari ini, "berhala" mungkin tidak lagi berupa patung, tetapi segala sesuatu yang kita prioritaskan melebihi Tuhan: uang, hubungan, gengsi, bahkan diri sendiri. Yesaya mengajak kita untuk berani melakukan evaluasi: Apa yang sesungguhnya kita kejar dalam hidup? Apakah kita siap melepaskan ketergantungan pada hal-hal fana dan sepenuhnya percaya kepada Tuhan?  


Sebagai generasi muda, kita hidup di tengah arus perubahan yang cepat, di mana nilai-nilai kebenaran sering dikaburkan. Yesaya 2 mengingatkan kita bahwa satu-satunya fondasi yang kokoh adalah firman Tuhan (ayat 3). Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup, kita tidak akan mudah goyah oleh tekanan zaman. Mari menjadikan gereja dan komunitas iman sebagai "gunung Tuhan"—tempat di mana kita saling meneguhkan untuk hidup dalam kebenaran dan kasih.  


Akhirnya, visi damai sejahtera dalam Yesaya 2 bukan hanya tentang masa depan, melainkan juga panggilan untuk diwujudkan sekarang. Setiap kali kita memilih mengampuni, hidup jujur, atau menolak kekerasan, kita menjadi bagian dari karya Tuhan yang memulihkan dunia. Di tengah kompleksitas tantangan hari ini, mari menjadi generasi yang membawa cahaya pengharapan—bersama Tuhan, yang senantiasa memimpin kita kepada kehidupan yang penuh makna.  


Mari kita berjalan dalam terang TUHAN!" (Yesaya 2:5)​

Renungan Firman Tuhan dan ilustrasi gambar dihasilkan oleh mesin Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)


 

Aanmelden om een reactie achter te laten