Kebodohan yang Membinasakan: Hikmat Seorang Suami dalam Mengendalikan Diri

Bacaan: I Samuel 25: 36-38
Sampailah Abigail kepada Nabal dan tampaklah, Nabal mengadakan perjamuan di rumahnya, seperti perjamuan raja-raja. Nabal riang gembira dan mabuk sekali. Sebab itu tidaklah diceriterakan perempuan itu sepatah kata pun kepadanya, sampai fajar menyingsing. Tetapi pada waktu pagi, ketika sudah hilang mabuk Nabal itu, diceriterakanlah kepadanya oleh isterinya segala perkara itu. Lalu terhentilah jantungnya dalam dada dan ia membatu. Dan kira-kira sepuluh hari sesudah itu Tuhan memukul Nabal, sehingga ia mati.

Dalam hidup seorang pria dewasa, terlebih sebagai seorang suami, kita seringkali dihadapkan pada situasi di mana emosi, ego, atau kesombongan bisa mempermalukan kita, bahkan membawa konsekuensi yang sangat serius. Kisah Nabal dalam 1 Samuel 25 adalah sebuah pelajaran yang mendalam tentang bagaimana ketidaktahuan, kekerasan hati, dan kurangnya hikmat dapat menghancurkan diri sendiri.

Nabal adalah seorang kaya yang memiliki banyak ternak, tetapi karakternya digambarkan sebagai "kasar dan jahat" (1 Samuel 25:3). Saat Daud dan pasukannya datang meminta bantuan, Nabal dengan sombong menolak, bahkan mencela Daud sebagai seorang pelaku pemberontakan. Namun, karena hikmat dan pengertian istrinya, Abigail, malapetaka besar berhasil dicegah.

Tetapi setelah semua itu, ketika Abigail pulang dan melihat suaminya sedang mabuk dalam pesta besar, ia tidak langsung memberitahu Nabal. Ia menunggu hingga Nabal sadar. Dan ketika akhirnya ia memberitahukan semua yang terjadi, Nabal begitu terkejut dan takut hingga jantungnya "tumpah dan menjadi batu", dan ia tidak mampu berkata apa-apa. Tidak lama kemudian, Tuhan menjemput nyawanya.

Ada beberapa pelajaran penting bagi para pria dewasa dan suami dari bagian ini:

1. Kesombongan dan Ego yang Berbahaya

Nabal gagal mengenali orang-orang yang telah menjaga ternaknya selama ini. Ia juga tidak menghormati pemimpin yang telah dipilih Tuhan—Daud. Kesombongannya membuatnya merasa cukup kuat dan mandiri tanpa butuh orang lain. Ini adalah sifat yang sering muncul dalam diri pria: ingin tampak hebat, otoriter, dan tidak mau dikritik atau diremehkan.

Renungan: Apakah kita lebih suka bersikeras benar dan mempertahankan harga diri daripada mendengar kebenaran? Apakah kita mudah marah saat diperingatkan oleh istri atau sahabat?

2. Kekerasan Hati yang Membuat Buta Rohani

Nabal tidak memiliki kerendahan hati untuk menerima teguran atau nasihat. Ia keras kepala, dan ketika akhirnya menyadari kesalahannya, sudah terlambat. Ia tidak mampu bangkit lagi secara emosional dan rohani.

Renungan: Apakah kita punya hati yang peka terhadap teguran? Apakah kita mampu menerima masukan dari istri kita, anak-anak kita, atau saudara seiman?

3. Akibat Tidak Ada Kontrol Diri

Saat Nabal mabuk dan tidak terkontrol, ia tidak bisa bertindak bijaksana. Ketika ia sadar dan mendengar kebenaran, ia tidak mampu menghadapinya. Inilah efek dari hidup yang tidak disiplin dan tidak taat pada Tuhan.

Renungan: Apakah kita mengendalikan diri kita, atau justru emosi, nafsu, dan kebiasaan buruk yang mengendalikan kita? Apakah kita menjadi lemah ketika harus menghadapi konsekuensi dari sikap kita sendiri?

Refleksi untuk Para Suami:

Sebagai seorang suami, kita adalah teladan spiritual di rumah tangga. Bukan berarti kita sempurna, tetapi kita harus belajar rendah hati, mampu mendengar, dan bertobat ketika salah. Kita harus menjadi pria-pria yang tidak mudah marah, tidak sombong, dan tidak keras kepala. Kita harus mampu mengendalikan diri, termasuk lidah, emosi, dan cara kita merespons tekanan.

Tuhan tidak senang dengan sikap Nabal, dan akhirnya Tuhan sendirilah yang menuntut pertanggungjawaban atas kelakuannya. Jangan sampai hal yang sama terjadi dalam hidup kita.

Aplikasi Praktis:

  1. Belajar Mendengar dengan Hati Terbuka – Dengarkan istri dan keluarga kita dengan penuh penghargaan.
  2. Latih Kontrol Diri – Baik dalam emosi, kata-kata, maupun tindakan.
  3. Mintalah Hikmat Tuhan Setiap Hari – Agar kita tidak jatuh dalam kebodohan rohani.
  4. Jadilah Teladan Kerendahan Hati – Mau mengakui kesalahan dan bertobat dengan segera.

Penutup:

Tuhan Yesus mengajarkan bahwa "siapa yang besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (Matius 23:11). Betapa indahnya jika kita sebagai pria dewasa dan suami tidak hanya besar dalam postur tubuh atau jabatan, tetapi besar dalam kerendahan hati, hikmat, dan kasih Kristus.

Mari kita renungkan:

Apakah kita seperti Nabal, yang cepat sombong dan susah menerima kebenaran?

Atau seperti Daud, yang meskipun tidak sempurna, tetapi memiliki hati yang haus akan Tuhan dan siap menerima teguran?

Doa: Tuhan Yesus, tolong kami sebagai pria, sebagai suami, agar tidak menjadi seperti Nabal—sombong, keras hati, dan tidak peka. Berikan kami hikmat untuk rendah hati, berani bertobat, dan selalu mencari kebenaran-Mu. Jadikan kami teladan bagi keluarga kami. Amin.

Semoga renungan ini memberkati dan menyemangati para pria dewasa dan suami untuk terus bertumbuh dalam hikmat dan karakter Kristus.


Sign in to leave a comment