Menjadi Sisa yang Kudus di Tengah Tantangan Generasi Muda Indonesia

BACAAN: YESAYA 4

Pendahuluan: Panggilan untuk Bertahan dalam Penyucian

Kitab Yesaya 4 menggambarkan penghakiman dan pemurnian Yerusalem, di mana "sisa yang terlepas" (Yesaya 4:3) menjadi simbol harapan dan keteguhan iman. Bagi pemuda Indonesia, ayat ini menjadi cermin untuk menghadapi dinamika sosial, ekonomi, politik, dan digital yang kompleks. Seperti "Zion" yang disucikan, generasi muda dipanggil untuk menjadi "sisa yang kudus" — tetap teguh dalam nilai-nilai kebenaran di tengah tantangan zaman.

1. Tantangan Sosial: Identitas, Keberagaman, dan Tekanan Digital

Indonesia, dengan keragaman suku, agama, dan budaya, sering dihadapkan pada gesekan identitas. Media sosial, meski memudahkan interaksi, kerap memperparah polarisasi (misalnya, konflik di platform seperti Twitter atau Facebook). Pemuda dihadapkan pada dilema: mengikuti arus intoleransi atau menjadi pembawa damai?

Refleksi Alkitabiah : Yesaya 4:4 menyebut "pencuci dosa dengan keadilan". Pemuda diajak untuk menyucikan hati, membangun empati, dan merajut keberagaman melalui gotong royong — nilai Pancasila yang sejati.

2. Tantangan Ekonomi: Ketimpangan dan Harapan di Era Digital

Angka pengangguran pemuda (11,47% pada 2023) dan ketimpangan ekonomi menjadi beban. Meski platform digital seperti Gojek atau Tokopedia membuka peluang, banyak pemuda terjebak dalam pekerjaan tidak pasti.

Refleksi Alkitabiah : "Siapa yang berjalan dalam keangkuhan, akan dihina" (Yesaya 4:2). Seruan untuk tidak larut dalam materialisme, tetapi membangun integritas dalam berkarya. Kreativitas dan etos kerja adalah bentuk penyucian diri di tengah persaingan global.

3. Tantangan Politik: Antara Apatis dan Aktivisme Berintegritas

Polarisasi politik dan kasus korupsi membuat sebagian pemuda apatis. Namun, gerakan seperti #ReformasiDikorupsi menunjukkan kepedulian mereka.

Refleksi Alkitabiah : "Mereka akan disebut kudus" (Yesaya 4:3). Pemuda diajak menjadi agen perubahan dengan prinsip keadilan, bukan sekadar kekuasaan. Seperti "sisa yang terlepas", mereka harus memurnikan panggung politik dari pragmatisme.

4. Tantangan Digital: Dari Kecanduan ke Kepemimpinan Positif

Indonesia adalah negara dengan pengguna internet terbesar ke-4 di dunia. Namun, hoaks, cyberbullying, dan kecanduan media sosial merusak mental generasi. Di sisi lain, platform digital menjadi ruang ekspresi kreatif dan edukasi.

Refleksi Alkitabiah : "Tempat perlindungan akan ada untuk memberi naungan" (Yesaya 4:6). Pemuda perlu membangun "naungan" digital dengan konten edukatif dan kampanye anti-hoaks. Teknologi harus menjadi alat pemurnian, bukan pemecah belah.

Penutup: Menjadi Sisa yang Membangun "Zion" Baru

Yesaya 4 mengajarkan bahwa "sisa yang kudus" adalah mereka yang bertahan dalam ujian dengan mengandalkan Tuhan. Bagi pemuda Indonesia, ini saatnya:

  • Memurnikan hati : Menolak radikalisme, korupsi, dan hedonisme.
  • Berkarya nyata : Memanfaatkan peluang digital untuk inovasi sosial dan ekonomi.
  • Berharap pada Tuhan : Menjadi terang dalam kegelapan ketidakpastian.

Seperti Zion yang dibangun kembali, generasi muda Indonesia dipanggil untuk menjadi fondasi masyarakat yang adil, inklusif, dan berintegritas. Dengan iman dan aksi, mereka bukan hanya "sisa" yang selamat, tetapi pelopor kebangkitan bangsa.

"Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau" (Yesaya 41:10) — janji ini menjadi kekuatan di tengah badai zaman.


Sign in to leave a comment